1. Jelaskan dalam jalur biosintesis triterpenoid,
identifikasilah faktor-faktor penting yang sangat menentukan dihasilkannya
triterpenoid dalam kuantitas yang banyak.
Terpenoid
merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen
merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan
sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n.
Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya
Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya
Terpenoid merupakan
bentuk senyawa dengan struktur yang diturunkan dari unit isoprene (C5) yang
bergandengan dalam model kepala ke ekor, sedangkan unit isoprene diturunkan
dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat (MVA).
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat, reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasimenghasilkan isopentenil (IPP) yangselanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzimisomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekordengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama daripolimerisasi isoprene untuk menghasilkan terpenoid.Penggabungan ini terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap IPPterhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti olehpenyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP) yaitusenyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid.Penggabungan selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaismeyang sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawaantara bagi semua senyawa seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dariGeranil-Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu untiIPP dan GPP dengan mekanisme yang sama.
Secara umum biosintesa dari terpenoid terjadi 3 reaksi dasar yaitu:
1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat, reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasimenghasilkan isopentenil (IPP) yangselanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzimisomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekordengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama daripolimerisasi isoprene untuk menghasilkan terpenoid.Penggabungan ini terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap IPPterhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti olehpenyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP) yaitusenyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid.Penggabungan selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaismeyang sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawaantara bagi semua senyawa seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dariGeranil-Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu untiIPP dan GPP dengan mekanisme yang sama.
Secara umum biosintesa dari terpenoid terjadi 3 reaksi dasar yaitu:
1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
2.jelaskan dalam penentuan struktur flavonoid,
kekhasan signal dan intensitas serapan dengan menggunakan spektrum IR dan NMR.
Berikan dengan contoh sekurang-kurangnya dua struktur yang berbeda.
Jawab : Prinsip kerja spektroskopi IR yaitu
berdasarkan vibrasi molekul atau getaran ikatan atom. Atom-atom di dalam
molekul tidak dalam keadaan diam, akan tetapi biasanya terjadi peristiwa
vibrasi (getaran). Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang
menghubungkannya. Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul tertentu dan
biasanya disebut vibrasi finger print ( getaran daerah sidik jari). Vibrasi
molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu :
1. Vibrasi Regangan (Streching)
2. Vibrasi
Bengkokan (Bending)
1.
Spektrum IR katecin
2.
Spektrum IR Quecetin
Spektroskopis resonansi magnetik inti (NMR) merupakan
tehnik yang snagat baik didalam menentukan struktur senyawa organik.
Spektroskopis NMR berhubungan dengan sifat magnetik inti. Penentuan senyawa
dengan menggunakan NMR akan diperoleh gambaran perbedaan sifat dari berbagai
inti yang ada untuk menduga letak inti tersebut dalam molekul.
1.
Spektrum NMR Quercetin
2.
Spektrum NMR katecin
3.Dalam
isolasi alkaloid, pada tahap awal dibutuhkan kondisi asam atau basa. Jelaskan
dasar penggunaan reagen tersebut, dan berikan contohnya sekurang-kurangnya tiga
macam alkaloid.
Alkaloid
merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satuatau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem
siklis. Alkaloid mengandungatom karbon,
hidrogen, nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen.Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji,
kayu maupun daun daritumbuhan dan juga
dari hewan. Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolismedari tumbuh–tumbuhan dan digunakan sebagai cadangan
bagi sintesis protein.Kegunaan alkaloid
bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama.
Alkaloid
diekstrak dari tumbuhan yaitu daun, bunga, buah, kulit, danakar yang
dikeringkan lalu dihaluskan. Cara ekstraksi alkaloid secara umumadalah sebagai
berikut :
a.Alkaloid
diekstrak dengan pelarut tertentu, misalnya dengan etanol,kemudian diuapkan.
b.Ekstrak
yang diperoleh diberi asam anorganik untuk menghasilkan garamamonium kuartener
kemudian diekstrak kembali.
c.Garam
amonium kuartener yang diperoleh direaksikan dengan natriumkarbonat sehingga
menghasilkan alkaloid–alkaloid yang bebas kemudiandiekstraksi dengan pelarut
tertentu seperti eter dan kloroform.
d.Campuran –
campuran alkaloid yang diperoleh akhirnya dipisahkan melalui berbagai
cara, misalnya metode kromatografi (Tobing, 1989).
Ada cara
lain untuk mendapatkan alkaloid dari larutan asam yaitu dengan penyerapan
memakai pereaksi Lloyd, kemudian alkaloid dielusi dengan basaencer. Alkaloid
yang bersifat hidrofob diserap dengan damar XAD-2 lalu dielusi
dengan
asam atau campuran etanol-air. Banyak alkaloid yang dapat diendapkandengan pereaksi Mayer (kalium raksa (II) iodida) atau
garam Reineccke.Dalam penelitian ini
digunakan cara isolasi alkaloid secara umum yaitumengekstrak dengan pelarut organik, pengasaman, pembentukan garamamonium kuartener dengan basa, ekstraksi dengan
pelarut organik, dan pemurnian
menggunakan kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, ataupuninstrumen-instrumen elektronik (IR,GC-MS,UV-Vis)
Isolasi
alkaloid dari akar tumbuhan Anamirta cocculus(L.) W. & A. (Tuba biji)
dilakukan dengan cara ekstrasi kontinu menggunakan pelarut etanol, dan hasil
ekstraksi dipekatkan. Hasil pemekatan diekstraksi dengan heksana. Fasa etanol
yang diperoleh diuapkan dan ditambah HCl 2 N selanjutnya di tambah NH4 OH
sampai PH = 9 kemudian diekstraksi dengan toluen. Fasa anorganik yang diperoleh
dari ekstraksi ini diekstraksi kembali dengan kloroform. Hasil ekstraksi dengan
kloroform ditambah HCl 2 N, fasa. anorganik yang diperoleh dibasakan dengan
penambahan NH40H kemudian diekstraksi dengan kloroform. Ekstrak kloroform
dipekatkan sampai terbentuk krud. Krud yang diperoleh dilakukan kristalisasi
dengan menggunakan pelarut aseton-air (3:1) didapatkan kristal alkaloid berupa
jarum berwarna putih. Titik leleh kristal 165 - 167 oC, sedangkan
hasil kromatografi lapis tipis diperoleh senyawa dalam bentuk satu komponen.
Dari spektra inframerah dan ultraviolet menunjukkan adanya gugus fungsi 0=0,
c-o, N-H, C-H dan serapan pada panjang gelombang maksimum 285 nm dan 305 nm.
Simplisia biji alpukat
setelah diekstraksi sinambung dengan pelarut n-heksana dan etanol menggunakan
alat Soxhlet, diekstraksi cair-cair berdasarkan perbedaan keasaman dan
kebasaan. Isolat dari fraksi dimurnikan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
preparatif kemudian direkristalisasi Kromatogram KLT dua dimensi isolat
menunjukkan satu bercak yang bereaksi dengan penampak bercak Dragendorff.
Isolat yang merupakan alkaloid ini menunjukkan serapan maksimum pada panjang
gelombang 203, 219 dan 225 nm. Spektrum inframerahnya menunjukkan adanya gugus
N-H, C-N, CH2 dan CH3 dan memiliki jarak lebur 64,1 –
65,9oC.
Teh
merupakan salah satu minuman kesehatan yang sr-rdah dikenal dunia. Teh yang
benar - benar baik umumnya berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang
belum mekar. Biasanya mutu teh ditunjukkan oleh kadar kafein yang dikandungnya.
Ekstraksi dilakukan dengan cara perebusan daun teh yang sudah dirajang selama
60 menit kemudian disaring dengan corong buchner lalu filtrat dipekatkan dengan
rotary evaporator. Eksuak pekat dipisahkan menggunakan corong pisah dan ditambahkan
kloroform sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan kloroform dipekatkan lagi
kemudian uapkan sampai pelarut habis. Hasil yang didapat dimurnikan dengan cara
mencuci menggunakan n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 1. Uji
kemurnian kafein yang didapatkan dilakukan dengan kromatografi lapisan tipis (
KLT ) menggunakan elemen n - heksan dan etil asetat ( 1:4 ), diperoleh satu
noda masing - masing dengan RF 0,15 (1) ; 0,16 (5) ;0.18 (10). Sedangkan
identifikasi kafein ditenfukan dengan spektrofotometri inframerah dan
spektrofotometri ultraviolet. Senyawa yang didapatkan berupa padatan kafein
berwarba putih masing - masing tingkat : 0,105 % (1); 0,055 % (5) ;0,028 %
(10). Titik lelehnya 174,5 - 176'C (1) ; 175 - 176 'C (5) ; 174 - 175'C (10).
Spektrum inframerah (KBr) memberikan serapan pada 3448, 3111, 2945, 1700, 1659,
1485,1358, 1285, 1239, 1024, 973, 758, 745, 610, 482 cm^-1 (1) ; 1698, 1660,
1549, 1485, 2358, 1287, 1239, 1024,745,609,482,445,420 cm^-1 (5) ; 1700; 1659,
1549, 1258, 1239, 1024, 745, 670,482, 443 cm-1 (5). Spektrum ultraviolet
memberikan serapan maksimum pada 275,4 nm (1) ; 277,2 nm (5) ;277,2 nm (10)
dalam pelarut kloroform.
4.Jelaskan keterkaitan diantara biosintesis, metode isolasi dan penentuan
struktur senyawa bahan alam . Berikan contohnya.
Salah satu awal
keberhasilan kimia organik bahan alam dicontohkan oleh penemuan asam salisilat yang bersifat analgesik kemudian produksi asam
asetil salisilat bahan alam dicontohkan oleh penemuanasam salisilat yang
bersifat analgesik (menghilangkan rasa nyeri) dari tumbuhan Gaultheria
procumbens, diikuti oleh sintesis senyawa ini dengan cara yang sederhana
dan murah, kemudian produksi asam asetil salisilat
atau aspirin secara
komersial pada tahun 1893. Pada tahun 1974, delapan puluh tahun kemudian, diketahui
bahwa efek anti-inflamasi aspirin (disebabkan oleh aktivitas menghambat biosintesis
prostaglandin. Hingga kini aspirin masih tetap merupakan salah satu obat
yang populer.
Contoh berikutnya ialah
penyelidikan tumbuhan Rauwolfia serpentina yang secara tradisional telah
digunakan di India untuk pengobatan hipertensi. Penyelidikan ilmiah farmakologi
memang menunjukkan bahwa R, serpentina mempunyai efek hipotensif,
dan
penemuan ini mendorong
ditemukannya sejumlah alkaloid, seperti reserpin (9) dan ajmalisin (10) dari
tumbuhan ini. Ternyata, reserpin (9) adalah senyawa kimia biodinamik utama yang
bersifat hipotensif yang dihasilkan oleh Rauwolfia
Isolasi dan penentuan
struktur senyawa bahan alam, pada hakekatnya, menindak lanjuti dan mengembangkan
pengetahuan tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan dalam pengobatan tradisional.
Awalnya, penetapan struktur molekul didasarkan pada degradasi molekul, dilandasi
oleh logika yang sangat elegant, walaupun seringkali sangat rumit dan menyita
waktu. Misalnya, penentuan struktur beberapa senyawa monoterpen dari minyak
atsiri, diikui oleh diwujudkannya “aturan isopren” oleh Otto Wallach, yang
memenangkan Hadiah Nobel pada tahun 1910. Akan tetapi, pendekatan ini mempunyai
keterbatasan berhadapan dengan banyaknya senyawa bahan alam yang sangat penting
dan potensial, namun mempunyai
struktur yang sangat
rumit dan terdapat dalam
jumlah yang sangat
kecil
Pada periode berikutnya
ini, perkembangan kimia bahan alam didukung oleh penemuan teknikteknik pemisahan kromatografi kolom, lapis tipis preparatif,
ekstraksi arus-balik, dan HPLC, dan cara-cara spektroskopi UV, IR, ORD, 1H NMR,
13C NMR, spektroskopi massa, dan analisis sinar-X. Menggunakan teknik-teknik
ini arsitektur molekul, struktur, stereokimia, dan konformasi molekul yang rumit
sekalipun dapat ditetapkan, sementara itu dapat menghemat waktu dan bahan
kimia, berbeda dengan cara degradasi.