Jumat, 19 Oktober 2012

Isoflavon


Kedelai Sebagai Sumber Senyawa Isoflavon

 
Senyawa isoflavon merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak disintesa oleh tanaman. Namun, tidak sebagai layaknya senyawa metabolit sekunder karena senyawa ini tidak disintesa oleh mikroorganisme. Dengan demikian, mikroorganisma tidak mempunyai kandungan senyawa ini. Oleh karena itu, tanaman merupakan sumber utama senyawa isoflavon di alam. Di berbagai antara tanaman, kandungan isoflavon yang lebih tinggi terdapat pada tanaman kedelai. Pada tanaman kedelai, kandungan isoflavon yang lebih tinggi terdapat pada biji kedelai, khususnya pada bagian hipokotil (germ) yang akan tumbuh menjadi tanaman. Sebagian lagi terdapat pada kotiledon yang akan menjadi daun pertama dari tanaman (Anderson, 1997).
Kandungan isoflavon pada kedelai berkisar 2--4 mg/g kedelai. Senyawa isoflavon ini pada umumnya berupa senyawa kompleks atau konjugasi dengan senyawa gula melalui ikatan glukosida. Jenis senyawa isoflavon ini terutama adalah genistin, daidzin, dan glisitin. Bentuk senyawa demikian ini mempunyai aktivitas fisiologis kecil.


Jumat, 12 Oktober 2012

Alkaloid

Daun pepaya  banyak mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin dan berbagai macam lainnya seperti enzim papain (digunakan untuk melunakkan daging). Senyawa alkaloid atau saponin ini yang dominan menyumbang rasa pahit pada daun pepaya.

Senyawa-senyawa tersebut berperan sebagai antioksidan, antibakteri, antikanker, dan antiperadangan. Fungsi senyawa-senyawa ini yang kemungkinan besar berperan membantu daya tahan terhadap kondisi lingkungannya.

Manfaat daun pepaya selama ini diteliti dan dimanfaatkan untuk kesehatan manusia belum untuk hewan. Tetapi pemanfaatan untuk hewan misal ayam juga bisa dilakukan karena sistem metabolisme berbagai macam senyawa di hewan pada dasarnya tidak begitu jauh dengan yang ada di manusia.

Kamis, 11 Oktober 2012

Flavonoid


Teh merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air. Teh telah dikonsumsi sejak 2000 tahun yang lalu, dan sekarang dikonsumsi hampir di seluruh dunia. Teh dipercaya dapat menjaga kesehatan tubuh terutama dari radikal bebas karena kandungan utama teh adalah flavonoid atau tanin.Senyawa  tersebut  berfungsi  sebagai  penangkal  radikal  bebas  yang  mengganggu keseimbangan  tubuh dan menjadi salah satu pemicu kanker. Selain itu kehadiran polifenol, teofilin, dan senyawa lainnya di daun teh membantu menghambat perkembangan virus ataupun kelainan sel yang menimbulkan kanker. Hara (1993)menyatakan bahwa tanin dapat dipakai sebagai antimikroba (bakteri dan virus).Tanin  juga berkhasiat sebagai astringen yang dapat menciutkan selaput lendir sehingga mempercepat penyembuhan  sariawan. Kata teh merujuk pada tanaman Camellia sinensis. Teh  dapat  diklasifikasikan  menjadi teh hijau dan teh hitam. Teh hitam dihasilkan  dari proses oksidasi enzimatis dari flavonoid teh menjadi flavonoid yang terkondensasi. Sebagian orang lebih banyak mengkonsumsi teh hitam sedangkan teh hijau lebih banyak  dikonsumsi di beberapa Negara seperti Cina, Jepang, dan  beberapa  negara Asia lainnya, namun teh hijau juga mulai dikonsumsi oleh masyarakat negara barat